Cerpen karya Aulya Fitranada 2013 | Tugas Sekolah
KAKEKKU SEORANG PEJUANG
Pratu TNI-AD (Purn.) Soetomo Boediprawiro
Kakekku bernama Soetomo
Boediprawiro, terlahir 18 Agustus 1929 di Blitar. Beliau menyunting seorang
gadis, Roemini Tjokrodipoero yang dinikahi pada tahun 1960 di Jember. Kelak
berputerakan 6 (enam) anak. Beliau berdua adalah orangtua kandung bundaku,
puteri kelimanya. Sehari-hari aku biasa memanggilnya ... yangkung, singkatan dari eyang
kakung (bhs. Jawa).
Sebagai purnawirawan Prajurit
Satu TNI Angkatan Darat / Brigade 17 Bataljon Tentara Genie Pelajar (TGP), ia dengan
tekun dan penuh kasih sayang selalu menanamkan makna kedisiplinan kepada
putra-putri, menantu, dan cucu-cucu. Keluarga dan handai-taulan merasakan betul
keramahan di samping sikap tegas Pak Tom (sapaan akrab) dalam pergaulan di
tengah masyarakat.
Memang benar, kakek
seorang tentara. Setelah lulus Sekolah Rakyat (SR) ia melanjutkan ke jenjang
pendidikan tingkat menengah pertama, yakni di Sekolah Teknik (ST). Kemudian,
beliau mendapat kesempatan bergabung di TGP yakni tentara rakyat dari unsur pelajar
dengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman teknik. Negara menugaskan
kakek semasa Perang Gerilya, Aksi Militer / clash
kesatu + kedua, dan Gabungan Operasi Militer. Karier sebagai tentara nasional
dari unsur kesatuan pelajar pejuang dijalaninya hingga tahun 1951.
Sekeras baja tekad
beliau, tak pernah menyerah dalam mewujudkan cita-cita perjuangan bagi bangsa
dan negara, demi masyarakat, maupun untuk kehidupan keluarga. Karakter kokoh
ini bak terinspirasi oleh figur seorang tokoh revolusi. Memang, idola kakekku
ialah Pemimpin Besar Revolusi, Ir. Soekarno. Kata ayahku, ketika beliau
bercerita hikmah perjuangan para pahlawan nasional, suka menyebut nama Presiden
Pertama Republik Indonesia itu dengan panggilan Bung Karno.
Aku bangga dengan perjuangan
kakek, betapa ia telah mengenyam asam-garam kehidupan, baik sebagai pelajar
pejuang, tentara gerilya, pegawai jawatan negara, maupun kepala keluarga. Dan, masih
giat bermasyarakat hingga uzur di akhir hayat.
Tak mengherankan jika atas
jasa beliau kepada Nusa dan Bangsa, Presiden Panglima Tertinggi Angkatan Perang
Republik Indonesia, Soekarno, (SKEP 10 Januari 1958, Jakarta) menganugerahi “Tanda
Jasa Pahlawan.” Saat itu kakek masih bertugas sebagai Kepala Seksi di Jawatan
Pekerjaan Umum Kabupaten Sampang, Madura. Menteri Pertahanan R.I., Djuanda, menerbitkan
2 (dua) Tanda Penghargaan (5 Oktober 1958, Jakarta): “Satyalantjana Peristiwa
Perang Kemerdekaan Kesatu dan Kedua” kepada Soetomo, kakekku.
Sebagai Anggota Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD), ia tercatat sesuai Surat Keputusan
Presiden / Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pang-Ti
ABRI, Soekarno, SKEP 17 Agustus 1965, Jakarta). Disebutkan bahwa, Soetomo
Boediprawiro, Pangkat: Prajurit I / TGP.NPV, Kesatuan: Anggota TNI Brigade 17
Bataljon TGP Jawa Timur patut menerima Tanda Kehormatan: “Bintang Gerilya” atas
jasanya dalam Perjuangan Gerilya Membela Kemerdekaan Republik Indonesia.
Di era Pemerintahan
yang dipimpin oleh Bapak Presiden Soeharto, kakek menerima Kehormatan Negara (SKEP
29 Agustus 1967, Jakarta) berupa tanda jasa: “Bintang Pahlawan Gerilya”, “Satya
Lencana Aksi Militer Ke I dan II”, serta “Satya Lencana Gabungan Operasi
Militer Ke I.”
Presiden semasa Orde
Baru itu juga menerbitkan Piagam Penghargaan (15 Mei 1997, Jakarta) menyematkan
anugerah: “Lencana Cikal Bakal Tentara Nasional Indonesia” atas peran Soetomo
Boediprawiro yang pernah aktif sebagai Anggota Badan Keamanan Rakyat / BKR dan
Tentara Nasional Indonesia memepertahankan Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia memenuhi Seruan Presiden R.I. tanggal 23 Agustus 1945.
Tanda Penghargaan Negara R.I.
Dalam Surat Keputusan
Menteri Pertahanan R.I. didampingi Direktur Personel dan Veteran Dir.Jend.
Kekuatan Pertahanan (SKEP 8 Juli 2008, Jakarta) menetapkan Gelar Kehormatan
“Veteran Pejuang” Kemerdekaan R.I. kepada Soetomo Boediprawiro.
Seusai bertugas di
lingkungan jawatan milik Negara di berbagai kota dan kabupaten se Jawa Timur,
beliau aktif sebagai Pengurus Ex. Brigade 17 TGP yang bermarkas di Jalan Indrakila 2 Surabaya.
Bersama mantan anggota tentara pelajar yang masih sempat ikut mengisi
kemerdekaan, kakek juga bergabung di kegiatan pembangunan sekolah dan ikut
serta mendirikan Tugu Peringatan TGP Be.17 di Blitar, Malang, dan Surabaya.
Markas Ex. Brigade 17 TGP di tengah
kota, Jl. Indrakila 2 Surabaya
Insan kebanggaan
keluarga kami ini pun wafat pada hari Selasa, 1 Mei 2012 pukul 07:30 di kota
Sidoarjo. Tak kami duga sebelumnya, Negara melalui Komando Kesatuan Militer di
Sidoarjo memberi penghormatan militer di rumah duka, Sidoarjo. Komandan
Garnisun perintahkan agar beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Sidoarjo.
Namun, atas permohonan beliau semasa masih hidup, kelak beliau ingin dimakamkan
di sisi makam nenekku, Eyang Roemini
(Almh.), di Taman Makam Praloyo Lingkar Timur Sidoarjo. Setelah musyawarah
keluarga, putra dan putri beliau pun menyetujui pemakaman dilaksanakan di makam
umum.
Dalam upacara
penghormatan militer, Inspektur Upacara Pemakaman (Apel Persada bagi Prajurit
Veteran / TGP) membacakan Riwayat Hidup dan Peran Keprajuritan Almarhum.
Aku terharu menyaksikan
penghormatan Negara secara militer kepada sang Pejuang Kemerdekaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia ini. Jadi teringat kesan tentang keramahan kakekku.
Saat beliau sakit pernah berkata, “Cu ... kok
tambah ayu tho?’’ Aku menjawab, “Terima
kasih kung, semoga yangkung lekas sembuh agar kita bisa
berkumpul kembali.’’
Eyang Soetomo (Alm.) dan Eyang Roemini
Soetomo (Almh.) saat bersama keluarga
Aku merasa bahagia
mendapat pujian tulus dari orang yang kucintai selama ini. “Yangkung ... engkau adalah seorang
pahlawan yang membawa nama keharuman Bangsa dan Negara Indonesia, telah andil
dalam perjuangan gerilya membela Kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Sejarah
Indonesia telah mencatat langkah-jibaku dengan tinta emas: engkau sebagai
Pahlawan Perjuangan Bangsa.
Selamat jalan pahlawanku. Niat dan kegigihan
perjuanganmu patut untuk dikenang dan menjadi suri-tauladan bagi gerak dan
langkah generasi bangsa. Semoga Allah Subhannahu wa ta’ala mengampuni
kekhilafan kakek dan nenekku. Tuhan Yang Maha Esa bakal membalas kebajikan
beliau serta senantiasa memberikan perlindungan dan hidayah-Nya kepada kami.
Amin.
Surabaya, Rabu, 16 Oktober 2013
Penulis :
AULYA
FITRANADA
Kelas 4 / 26, SDN Airlangga IV / 201
Surabaya
Alamat rumah :
Jl. Gubeng Kertajaya 9A No. 34 Surabaya
60286
Telp. (031) 3421 5154
Email: aulyafitranada@gmail.com
*
Narasumber :
- Dokumen Riwayat Hidup dan Kedinasan Soetomo Boediprawiro.
- Wawancara Suhandayana, S.H., Pengamat Sosial-Budaya, Surabaya.
- Majalah TGP (Tentara Genie Pelajar), Jakarta.
- Dokumen Foto Keluarga.
- Foto Istimewa: Google image.
- Blogger
- Web
- rev. edited 13J17 by iDay
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berbagi kabar bagus. - AF