Pigura Etnik

 Pigura Etnik. Foto: Aulya Fitranada



Membuat pigura dengan hiasan dari bahan rempah


Tugas sekolah minggu ini, membuat pigura dengan hiasan suka-suka. Masing-masing siswa SD kelas 4-B boleh mempersiapkan sebagian rancangan dari rumah. Saya merencana membuat pigura dengan bahan sederhana. Penampang pigura dilapis sisa kain (perca) batik. Bagian depan dihias bertema alami. Kalau sudah jadi karya kerajinan pigura, bisa dikatakan ini pigura bercorak etnik (kedaerahan) ditandai corak batik lokal. Dan bertema alami, karena semua hiasan dari bahan rempah-rempah kering. Hiasan disusun asimetris dan disesuaikan dengan warna latar belakang (kain pelapis).

Kain perca yang tersedia berwarna merah kegelapan dan ternyata masih ada gambar utuh obyek burung. Cocok bila hiasan pigura dilengkapi gambaran cerita kecil: seekor induk burung sedang mengerami telor. Tampilan sarang burung dari rumput alang-alang dan nampak beberapa telor burung dari butiran kapulogo yang berwarna coklat muda kekuning-kuningan. Sarang burung seakan teranyam-jalin di atas pepohonan. Ranting pohonnya saya siapkan dari bahan brotowali.

Sisi pigura sebelah kanan dihias tetumbuhan. Mula-mula memilih rumput alang-alang kering yang bercabang menyerupai batang atau ranting pohon. Di pangkal pohon ini disemat kancing batok kelapa yang direkati bintang-bintangan dari bagian tumbuhan peka, disela tempelan beberapa buah cengkeh. Daun sirsat kering digunting berbentuk dedaunan kecil dan disusun agak tersebar di sepanjang reranting. Sisi bawah pigura bisa dihias peka (bintang), cengkeh, dan kecik hitam (biji) kedawung.



Bahan:
Kain (perca) batik, rumput alang-alang, daun sirsat, kapulogo, peka, brotowali, kecik kedawung, kembang cengkeh, benik besar batok kelapa, plastik mika, kardus.

Peralatan:
Gunting, penggaris, pinsil, benang, lem (alteko dan rajawali).

Cara pembuatan:
  • Siapkan dua lembar kardus sama lebar yang dipotong bentuk persegi panjang dan selembar potongan segi trapesium untuk kaki pigura.
  • Kardus lembar pertama dilubangi persegi sesuai ukuran foto, lembar kedua untuk penutup belakang. Masing-masing sisi atas kedua kardus dikaitkan dengan cara dilem atau dibuatkan penyambung dengan menempel kain perca berbentuk / berfungsi seperti engsel.
  • Badan pigura dapat dibuat datar, gembung, prisma, balok, atau kreasi lainnya.
  • Kain perca dipotong trapesium untuk melapisi masing-masing sisi penampang pigura berlubang, tempelkan dengan lem rajawali hingga sedikit terlipat di sebalik tepian penampang.
  • Pasang plastik mika dari sebelah dalam hingga menutup lubang kardus.
  • Pasang kaki pigura di kardus belakang.
  • Hias pigura bagian depan dengan menempelkan bahan rempah yang tersedia. Rupa hiasan sesuai keinginan dengan memperhatikan bentuk, warna, tekstur, dan ukuran bahan.
  • Rapikan pigura dan pasang foto.

Boneka Salju Berbahan Gethuk Singkong

http://aulyafitranada.blogspot.com/
Gethuk Boneka Salju. Foto: AKUNDAstudio / iDay




Praktek membuat boneka salju berbahan gethuk singkong
oleh Kelompok IV Kelas 4-B SDN Airlangga III / 200 Surabaya



Rencana latihan bikin gethuk lindri pada hari minggu tertunda, karena kami belum tuntas menyiapkan bahan-bahan dan peralatan yang dperlukan. Syukurlah, siang ini kelompok kami mempraktekkan pembuatan gethuk dari bahan singkong. Kami sepakat menyajian gethuk dalam bentuk boneka salju.

"Teman-teman, mari kita mulai," pinta Nia selaku ketua kelompok. "Iya, kita bersihkan dulu meja ini," sahut Dhio. Daniel pun ikutan membersihkan tempat kerja.

http://aulyafitranada.blogspot.com/
Kelompok IV: Nia, Dhio, Aulya, Daniel, Daffa

Pertama kali, singkong yang telah direbus dan dilumatkan jadi gethuk diberi warna dari pewarna nabati untuk makanan. Warna yang disukai teman-teman hijau, merah, dan kuning. Cara memberi warna dengan mencampurkan pewarna yang sedikit dicairkan dengan air masak dan dituang pada masing-masing adonan gethuk.

Sebelum memulai latihan Aulya dan Nia mencicipi gethuk asli. "Enak ya rasanya. Bagaimana nanti kalau sudah diberi warna?" Tanya teman laki-laki. "Lihat saja nanti, yang penting kalian pakai dulu sarung tangan plastik ini agar adonan gethuk tetap segar dan bersih selama kita bentuk jadi sesuatu," ajak Aulya.

Kami bagi tugas, Nia mengaduk adonan dengan pewarna hijau. Aulya, Daffa, dan Daniel mencampur warna kuning. Sedangkan Dhio suka mengaduk adonan dengan pewarna merah. "Waah, yang kuning baunya harum segar," kata Daffa. "Iya, yang merah juga harum," timpal Dhio. Agak lama kami bekerja, maklum baru pertama kali mengolah gethuk.

http://aulyafitranada.blogspot.com/
 Tiga warna adonan gethuk. Mirip setting lampu merah saja yaaa ....

Nah, jadilah tiga tempat berisi masing-masing warna adonan gethuk. Saatnya kami membentuk boneka salju. Gethuk dibentuk seperti bola sekepal tangan untuk badan boneka. Satu lagi sebola kecil dibentuk sebagai kepala. Lalu, antara kepala dan badan kami susun dengan menancapkan potongan sedotan air gelas. Dua bulatan kecil dilekatkan untuk sepasang mata. Sebentuk hidung pun siap menempel. Dan ... "Jadiiiii ...!!!" Seru kami serentak.

http://aulyafitranada.blogspot.com/
Proses pembuatan gethuk boneka salju

Beberapa boneka warna-warni akan kami letakkan di atas piring yang dilapisi misal kertas minyak, daun pisang, atau plastik berwarna. Di atas alas ini, akan dibentuk hamparan salju dari lapisan tipis gethuk yang ditaburi parutan kelapa. Boneka-boneka lucu itu disusun rapi seakan-akan itulah kami berlima yang sedang bermain-main di atas salju.

Kami namakan jajanan ini GETHUK BONEKA SALJU. Pada tepian nampan oval atau piring persegi akan kami lapisi kertas warna cerah bertuliskan: bahan-bahan, cara pembuatan, dan nama kelompok kami.



http://aulyafitranada.blogspot.com/
Peace versus Canibal ...

Setelah foto bersama sambil menyaksikan hasil latihan bersama, para boneka itu segera diserbu oleh pembuatnya sendiri-sendiri. Seakan-akan ini peristiwa kanibal, manusia memakan manusia. "Enak sekali rasanya ... seru banget ... cocok dengan seleraku," teriak kami bersahutan. "Baru kali ini aku bikin jajanan sendiri, membuat jadi karya percobaan sampai memakannya," cerita Daffa.

Betapa senang kami semua dapat berlatih membuat sajian gethuk sesuai ide bersama. Dengan cara kerja yang sama, kami akan menyiapkan bahan dan peralatan dari rumah agar besok Rabu Kelompok IV (kelas 4-B) dapat melaksanakan tugas penyajian gethuk singkong di sekolah. [AF / iDay]

Panggung "Kartini" Penuh Semarak

http://aulyafitranada.blogspot.com/
Peserta lomba busana. Foto: AKUNDAstudio / AF



Panggung "Kartini" Penuh Semarak


Sekolah kami, SDN Airlangga III / 200 Surabaya juga memperingati Hari Kartini. Agenda tahunan ini dilaksanakan penuh semarak pada Sabtu 26 April 2014. Kegiatan meliputi unjuk kebolehan drumband sekolah yang mengiringi pawai busana ala Kartini atau pejuang. Dan dilanjutkan dengan acara panggung gembira dengan aneka lomba.



http://aulyafitranada.blogspot.com/
Pawai drumband sekolahku. Foto: AKUNDAstudio / iDay

Perayaan dibuka dengan penampilan Drumband SDN Airlangga III / 200 Surabaya. Mereka berbaris rapi di jalanan depan sekolah. Tim terdepan terdiri dari para pemain drum, simbal, pianika, dan bellira. Mereka mengenakan seragam sporty serasi. Menyusul barisan belakang adalah para pelajar mengenakan busana tradisi dan modif tertentu yang mencerminkan sosok masyarakat pejuang di masa dahulu dan sekarang. Pawai berlangsung meriah, dipimpin oleh dua siswi ceria selaku mayoret.

Pawai keliling menempuh route lumayan jauh, menyusuri beberapa komplek perumahan di Kelurahan Airlangga Kecamatan Gubeng Surabaya. Para orangtua kami sangat bangga karena putra-putrinya tampil di acara peringatan tokoh pahlawan nasional Pengarang buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" itu. Sambutan sorak-sorai dan tepuk tangan menggema ketika barisan drumband kembali memasuki halaman sekolah.


http://aulyafitranada.blogspot.com/
Gaya para peserta lomba busana. Foto: AKUNDAstudio / AF

Seusai pawai, acara panggung pun digelar. Menampilkan lomba busana dan menyanyi. Peserta kelas 1 sampai dengan kelas 6 telah siap dengan busana cantik, gagah, dan bahkan ada yang jenaka. Mereka nampak bersemangat mengikuti urutan tampil, satu demi satu. Tidak kalah menarik, para guru kami yang berbusana ala Kartini dan Suroboyoan juga naik ke panggung, berlenggak-lenggok bak model kesohor. Kami menyaksikan penuh tawa riuh-rendah.

Berikutnya, belasan siswa telah siap untuk berlaga menyanyi di hadapan komunitas sekolah termasuk kehadiran para orangtua murid. Satu per satu tampil membawakan Lagu Ibu Kita Kartini. Rupanya, mereka telah berlatih serius dan terlebih dahulu mengikuti seleksi sebagai unggulan dari masing-masing kelas. Sehingga, persaingan menjadi cukup ulet, terbukti para juri bersidang cukup lama untuk menentukan siapa yang layak ditetapkan sebagai pemenang.


http://blog.akunda.net/
Tropi pemenang. Foto: AKUNDAstudio / iDay

Panggung hiburan cukup menarik dan mendidik, berlangsung hingga menjelang sore. Akhirnya, acara yang dipandu oleh Ibu Sapto itu sampai pada giliran pembacaan keputusan dewan juri lomba. Peserta yang berhasil sebagai pemenang sangat gembira ketika menerima tropi penghargaan juara. [AF / *]

Drumband SDN Airlangga III / 200 Surabaya

http://aulyafitranada.blogspot.com/






Drumband SDN Airlangga III / 200 Surabaya



http://aulyafitranada.blogspot.com/
Foto: AKUNDAstudio / iDay

Garda Panji Drumband SDN Airlangga III / 200 Surabaya.


*


http://aulyafitranada.blogspot.com/
Foto: AKUNDAstudio / iDay

Beraksi dalam event Peringatan Hari Kartini di sekolah (26 April 2014).


*


http://aulyafitranada.blogspot.com/
Foto: AKUNDAstudio / iDay

Pembina drumband saat memberi pengarahan kepada pemain bellira dan pianika.


*


Aulya Fitranada (instrumen bellira)

http://aulyafitranada.blogspot.com/
AKUNDAstudio / iDay





http://aulyafitranada.blogspot.com/

Lindri

GETHUK LINDRI

Lindri, penelusuran gambar google 14d27




*


Aneka penyajian gethuk lindri

lindri, penelusuran gambar google 14d27

Gethuk Lindri dari bahan singkong merupakan kue yang cukup enak. Resep jajanan ini termasuk sudah tua dan turun-temurun dari nenek moyang. Sedangkan asalnya, kue gethuk konon dari daerah Jawa tapi kenyataannya orang Indonesia semua suka sama makanan ini.



***





Kelompok IV | Kelas 4-B, SDN Airlangga III/200 Surabaya
  • Ketua: Dwi Kurnia Izra Sasikirana. Anggota: Aulya Fitranada, Dhio Ega Prasetya, Daniel Ferdinand Fristian, Daffa Satria Prabowo.



Resep Gethuk Lindri


Bahan:
  • 1/2 kg singkong yang sudah dikukus
  • 150 gr gula pasir atau gua jawa
  • 1/2 sendok teh garam dapur
  • 1/2 buah kelapa yang telah diparut dan dikukus

Pewarna (nabati, alami):
  • putih (dari gula pasir), merah (gula jawa), hijau (daun suji).

Langkah pembuatan:
  • Tumbuk singkong rebus agar mudah dibentuk atau dicetak.
  • Campuri gula dan pewarna alami.
  • Gunakan cetakan untuk membentuk sesuai selera.
  • Taburi parutan kelapa.

Sajikan gethuk lindri selagi hangat di atas piring.


Catatan:
- Praktek latihan bersama hari Minggu, 27 April jam 11:00 di AKUNDAstudio.
- Tugas dikumpulkan hari Rabu, 30 April 2014.


*



http://aulyafitranada.blogspot.com/
Kelompok IV: Nia, Aulya, Dhio, Daniel, Daffa. Foto: AKUNDAstudio / iDay 14d29





AF

R.A. Kartini

Image: Istimewa / *

Portret_van_Raden_Ajeng_Kartini

Seri Pahlawan Pergerakan Nasional RI


Biografi

Nama: Raden Adjeng Kartini (R.A. Kartini)
Nama panggilan: Raden Ayu Kartini
Lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879
Wafat di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 (umur 25)
Dikenal sebagai Tokoh emansipasi wanita
Pasangan (suami): R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat

Buku-Buku
  • Habis Gelap Terbitlah Terang.
  • Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya.
  • Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904.
  • Panggil Aku Kartini Saja.
  • Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya.
  • Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme, Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903.


Perjuangan

Raden Adjeng Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini ia belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah untuk dipingit. Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda, antar lain Rosa Abendanon. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Kartini banyak membaca surat kabar dan buku-buku berbahasa Belanda,, beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.

Orangtuanya menikahkan Kartini dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, pada 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini, memberi kebebasan dan mendukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Berkat kegigihan Kartini, ia dirikan Sekolah Wanita (Yayasan Kartini, didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis) di Semarang (1912), Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya.

Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.

 
Bacaan :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kartini


**



Image: Istimewa / *

R.A. Kartini

( versi lain )



Biografi Pahlawan Pergerakan Nasional R.A. Kartini
                                                                                
Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).

Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia).

Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.

Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.

Pada tanggal 17 september 1904, Kartini meninggal dunia dalam usianya yang ke-25, setelah ia melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Saat ini mudah-mudahan di Indonesia akan terlahir kembali Kartini-kartini lain yang mau berjuang demi kepentingan orang banyak. Di era Kartini, akhir abad 19 sampai awal abad 20, wanita-wanita negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka belum diijinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi seperti pria bahkan belum diijinkan menentukan

Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu. Belakangan ini, penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar agak diperdebatkan. Dengan berbagai argumentasi, masing-masing pihak memberikan pendapat masing-masing. Masyarakat yang tidak begitu menyetujui, ada yang hanya tidak merayakan Hari Kartini namun merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.

Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih dengan pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya. Namun yang lebih ekstrim mengatakan, masih ada pahlawan wanita lain yang lebih hebat daripada RA Kartini. Menurut mereka, wilayah perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah memanggul senjata melawan penjajah. Dan berbagai alasan lainnya. Sedangkan mereka yang pro malah mengatakan Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja melainkan adalah tokoh nasional artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah dalam skop nasional. Sekalipun Sumpah Pemuda belum dicetuskan waktu itu, tapi pikiran-pikirannya tidak terbatas pada daerah kelahiranya atau tanah Jawa saja. Kartini sudah mencapai kedewasaan berpikir nasional sehingga nasionalismenya sudah seperti yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda 1928.

Terlepas dari pro kontra tersebut, dalam sejarah bangsa ini kita banyak mengenal nama-nama pahlawan wanita kita seperti Cut Nya’ Dhien, Cut Mutiah, Nyi. Ageng Serang, Dewi Sartika, Nyi Ahmad Dahlan, Ny. Walandouw Maramis, Christina Martha Tiahohu, dan lainnya. Mereka berjuang di daerah, pada waktu, dan dengan cara yang berbeda. Ada yang berjuang di Aceh, Jawa, Maluku, Menado dan lainnya. Ada yang berjuang pada zaman penjajahan Belanda, pada zaman penjajahan Jepang, atau setelah kemerdekaan. Ada yang berjuang dengan mengangkat senjata, ada yang melalui pendidikan, ada yang melalui organisasi maupun cara lainnya. Mereka semua adalah pejuang-pejuang bangsa, pahlawan-pahlawan bangsa yang patut kita hormati dan teladani.

Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Bagi wanita sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini telah menikmati apa yang disebut persamaan hak tersebut. Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.


Sumber :
http://kolom-biografi.blogspot.com/
http://chrissanta.wordpress.com/
http://www.dapunta.com/raden-ajeng-kartini-1879-1904.html


**


Agenda Peringatan Hari Kartini
  • SDN Airlangga III / 200 Surabaya | 2012 2013 2014 2015
  • Kota Surabaya

Tari Buku




Dalam rangka Hari Buku se-Dunia, 23 April mendatang, Pemkot Surabaya bekerjasama dengan Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia (YPPI) Surabaya dan lembaga lainnya menyelenggarakan display Tari Massal "Buku 2014" digelar pagi hari ini, Minggu, 20 April 2014 pukul 06:00 - selesai. Lebih dari 1.000 siswa-siswi Sekolah Dasar serentak menyajikan Tari Buku. Acara ini juga bertujuan meraih rekor MURI kategori tarian massal.



*


 TARI BUKU (News)


Tari Buku oleh 1.000 Pelajar Surabaya Cetak Rekor Muri


http://regional.kompas.com/read/2014/04/20/1540107/Tari.Buku.oleh.1.000.Pelajar.Surabaya.Cetak.Rekor.Muri?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp
 Tari buku yang mendapatkan penghargaan Rekor MURI. KOMPAS.com/Achmad Faizal

SURABAYA, KOMPAS.com - Museum Rekor Indonesia (Muri) memberikan penghargaan kepada Pemerintah Kota Surabaya yang menggelar Tari Buku yang diikuti 1.000 pelajar.

Tari buku tersebut digelar untuk memperingati Hari Buku yang jatuh setiap tanggal 23 April. Tari buku yang diikuti 1.022 penari dari kalangan pelajar kelas 4 dan 5 sekolah dasar se-Kota Surabaya itu digelar di Balai Kota Surabaya, Minggu (20/4/2014).

Dengan memakai kostum berbagai warna, para pelajar tersebut menari dengan membawa kertas yang menyerupai bentuk buku. Penghargaan rekor Muri yang ke-6437 itu diberikan langsung oleh Manajer Muri, Sri Widayati, kepada Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Dalam kesempatan itu, juga diberikan sumbangan 2.000 buku dari Perpustakaan Nasional.

"Kegiatan kali ini cukup strategis, karena mendorong kesenangan masyarakat dalam membaca buku, di tengah gencarnya budaya membaca buku melalui internet," kata Sri Widayati.

Penghargaan Rekor Muri untuk Pemkot Surabaya adalah yang kesekian kalinya diberikan. Sebelumnya, Pemkot Surabaya juga pernah meraih berbabgai Rekor Muri, termasuk rekor menutup 13 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) untuk membangun taman kota.


Penulis: Achmad Faizal, Kontributor Surabaya. Editor: Farid Assifa. 
http://regional.kompas.com/read/2014/04/20/1540107/Tari.Buku.oleh.1.000.Pelajar.Surabaya.Cetak.Rekor.Muri?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp

---


suarasurabaya.net - Melalui acara penyambutan penghargaan International Socrates Award 2014 dari EBA dan beberapa penghargaan lainnya pada Minggu (20/4/2014), Bu Risma sapaan akrab sang Walikota berharap anak-anak surabaya menjadi pribadi yang unggul dan gemar membaca.

"Mulai sekarang tidak ada anak pintar atau bodoh, yang ada hanya anak rajin atau malas. Mengerti," seru Tri Rismaharini, Walikota Surabaya menggugah semangat membaca ribuan anak SD di Balai Kota.

Semangat membaca anak Indonesia yang masih rendah menjadi perhatian khusus Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia (YPPI) dan mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

Berbagai upaya telah dilakukan guna mengajak dan menumbuhkan minat baca pada anak-anak. Satu diantaranya ialah menciptakan Tari Buku yang bisa diterapkan siapa saja yang ingin mengingatkan dan mengajak anak membaca dengan cara berbeda.

"Tari buku adalah cara unik menumbuhkan minat baca anak denngan memicu saraf motoriknya atau melalui gerakan bukan sekedar seruan," kata Dicki, Ketua Pelaksana Pagelaran Tari Buku dari YPPI pada suarasurabaya.net.

Dalam acara itu, ribuan anak SD kelas 4 dan 5 se-Gubeng menunjukkan gerakan Tari Buku di hadapan Walikota beserta ratusan tamu undangan dan sekaligus menciptakan rekor MURI.

Selain itu, Tarian yang diciptakan oleh Drs. Tri Broto Wibisono, M.Si itu merupakan inovasi terbaru YPPI menyambut hari buku sedunia atau World Book Day.

"Secara kasat mata, sejak YPPI berdiri, ada peningkatan minat baca pada anak-anak khususnya di Surabaya. Untuk itu peringatan hari buku tahun ini diselenggarakan secara istimewa," ungkap Dicki.

Hari buku diperingati setiap tanggal 23 April. Perayaan ini diorganisir pertama kali oleh Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya (UNESCO) di tahun 1995.

Unesco menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Buku Sedunia sebagai bentuk penghormatan pada dua tokoh yakni William Shakespeare and Miguel de Cervantes yang dikategorikan sebagai penulis dunia dan berjasa dibidangnya.

Di Indonesia sendiri pertama kali dirayakan di tahun 2006 dan di prakarsai oleh Forum Indonesia Membaca (FIM) yang didukung oleh berbagai pihak, baik itu pemerintah, dunia usaha, akademisi, komunitas dan masyarakat umum.

Dan, mengutipkata kata Trini Haryanti, Direktur YPPI,"membaca buku itu menyenangkan dan seharusnya bisa dinikmati semua anak Indonesia secara terus-menerus hingga akhir hayat." Selamat Hari Buku.

(ain/dwi) Editor: Dwi Yuli Handayani
http://kelanakota.suarasurabaya.net/news/2014/133295-Tari-Buku-Inovasi-Baru-Sambut-Hari-Buku-Sedunia

- - -



 Tari Buku 1.022 siswa SD di Surabaya pecahkan rekor MURI

Merdeka.com - Selain menyaksikan Piala Europe Business Assembly (EBA) di Taman Surya, Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, diarak keliling kota, Minggu (20/4), 1.022 siswa dari 19 sekolah dasar (SD) se-Kecamatan Gubeng, Surabaya juga mencatatkan prestasinya di Museum Rekor Indonesia (MURI). Ribuan pelajar itu, menarikan Tari Buku di hadapan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.

Piala EBA yang dibawa Risma merupakan penghargaan internasional kepada Kota Surabaya sebagai kota masa depan, atau innovative city of the future yang didapat di acara Socrates Award Ceremony di London, Inggris pada 17 April lalu.
 
Risma yang memegang Piala EBA itu, disambut dengan tari Reog Ponorogo di Taman Surya. Kemudian dilanjutkan Tari Buku yang dilakukan 1.022 siswa dari 19 SD. Tarian itupun memperoleh penghargaan MURI.

Tari Buku oleh 1.022 murid SD. ©2014 Merdeka.com

Tarian yang diciptakan Tri Broto Wibisono dan mendapatkan dukungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya itu, diprakarsai oleh Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia (YPPI).

Acara yang digelar di Taman Surya bersamaan dengan acara perayaan atas penghargaan internasional yang disematkan EBA untuk Kota Surabaya sebagai kota masa depan itu, merupakan acara puncak YPPI memperingati Hari Buku Dunia atau World Book Day. Hari Buku Dunia ditetapkan UNESCO dan diperingati setiap tanggal 23 April.

Sementara pemecahan rekor MURI untuk Tari Buku, diberikan Manager MURI, Sri Widayati kepada Risma di hadapan 1022 siswa SD, usai menarikan Tarian Buku menyambut kedatangan Risma yang membawa Piala EBA keliling Kota Surabaya.

Menurut Sri Widiyati, 1022 pelajar SD di Kota Surabaya itu, telah mencatatkan prestasi yang ke 6437 di rekor MURI. "Dalam Kesempatan ini, juga diberikan sumbangan 2.000 buku dari Perpustakaan Nasional. Kegiatan kali ini cukup strategis, karena mendorong kesenangan masyarakat dalam membaca buku, di tengah gencarnya budaya membaca buku melalui internet," kata Sri Widayati di sela acara.

Menurutnya Tari Buku yang dipertontonkan 1022 pelajar SD di Kota Pahlawan ini, merupakan yang kali pertama di dunia, dan MURI laik menyematkan penghargaan tersebut. Bahkan, kata Sri, penghargaan MURI untuk Kota Surabaya kali ini, adalah yang kali kesekian.

"Penghargaan kalin ini (rekor Tari Buku dengan ribuan penari) adalah yang kesekian kalinya diberikan MURI untuk Kota Surabaya. Sebelumnya juga sudah pernah, termasuk rekor menutup 13 SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) menjadi taman kota oleh Wali Kota Risma," tandas dia.

Di lokasi sama, Risma menjelaskan bahwa buku adalah jendela dunia. Dengan banyak membaca buku, kalian akan mengetahui isi dunia. Tuhan, kata Risma, memberi sesuatu pada kita secara adil. Kalian juga berhak menjadi anak-anak sukses.

"Kesuksesan itu bukan hanya milik anak-anak orang kaya, anak-anak miskin juga berhak. Tuhan memberikan secara adil. Makanya kalian harus banyak membaca. Mulai hari ini, ibu tidak mau dengar kalian suka nyontek saat ujian di kelas," kata Risma memberi semangat yang kemudian disambut teriakan dan tepuk tangan anak-anak.

Tak hanya sekadar omong. Ajakan Risma agar anak-anak di Surabaya berprestasipun direalisasikannya dengan banyak mendirikan perpustakaan sebagai penunjang sarana belajar dan membaca anak-anak sekolah. "Kalau ngomong perpustakaan, Surabaya ini ada ribuan, bahkan kota paling banyak perpustakaannya di dunia," katanya. [cob]

http://www.merdeka.com/peristiwa/tari-buku-1022-siswa-sd-di-surabaya-pecahkan-rekor-muri.html


- - -



 Begini Gaya Risma Saat Memotivasi Siswa SD Agar Meraih Sukses


Surabaya - Kesuksesan Tri Rismaharini tidak diragukan lagi. Sebagai Wali Kota Surabaya, Risma sering mendapat penghargaan dari dalam maupun luar negeri. Risma pun membagikan kiat suksesnya pada siswa Sekolah Dasar.

Dengan gaya keibuan Risma menyampaikan kiat suksesnya di depan ribuan siswa SD se Surabaya yang menjadi penari Tari Buku dan berhasil meraih Rekor MURI sebagai peserta tari buku terbanyak, Minggu (30/4/2014).

Motivasi Tri Rismaharini kepada peserta Tari Buku, Walikota Surabaya. detikNews

"Sayang duduk dulu, ibu mau ngomong. Anak-anak semuanya, kalian tahu tidak ibu dapat penghargaan dunia artinya kalau ibu bisa, kalian juga bisa. Mengerti," kata Risma di tengah-tengah tengah siswa, saat berada di halaman Balai Kota Surabaya.

Pemilik gelar S1 arsitekstur ini meminta kepada para siswa agar terus kerja keras dalam belajar agar berhasil dan sukses. "Kalian bisa berhasil dan bisa sukses kalau kalian bekerja keras. Tidak ada keberhasilan dan kesuksesan dengan mudah. Contohnya nyontek. Jangan pernah lakukan kalao mau berhasil," ungkapnya.

Risma kembali meminta agar tidak menyontek dan harus percaya diri dan tidak menggantungkan kesuksesan pada orang lain.

"Ibu minta itu, tidak boleh ada yang nyontek. Mulai sekarang tidak ada bodoh dan pinter yang ada rajin dan males. Kalian harus rajin dan rajin itu bisa didapatkan dengan membaca buku. Kalian bisa?" tanya Risma. Pertanyaan itu serentak dijawab, "Bisa" oleh para siswa.

 Rekor MURI Kategori Tari Buku. detikNews


 Zainal Effendi - detikNews | Minggu, 20/04/2014 12:50 WIB
http://news.detik.com/surabaya/read/2014/04/20/125054/2559859/475/begini-gaya-risma-saat-memotivasi-siswa-sd-agar-meraih-sukses


*





Aulya Fitranada
peserta nomor 0988 Tari (Massal) Buku di Kota Suarabaya

Saya senang sekali bisa mengikuti pagelaran Tari Buku di Balai Kota, Jl. Taman Surya 1 Surabaya. Bersama 50 teman SDN Airlangga III/200 Kel. Airlangga, Kec. Gubeng, kami telah menyiapkan diri sejak jam 4 pagi, berdandan kostum tari ala Majapahit. Sekitar 2 mingguan lalu, kami berlatih Tari Buku dibimbing oleh Ibu Isti (guru tari khusus) didampingi Ibu Rohmi (guru Walikelas 4B), Ibu Mut (guru kelas 4A), Ibu Eka (guru kelas 3), dan Ibu Juli (guru kelas 5). Usai pergelaran tari massal, kami berkesempatan bersalaman dan foto bersama Ibu Tri Rismaharini, Walikota Surabaya.




*



Poster Tari Buku 2014






*






*


HARI BUKU SE DUNIA





*


Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia
( YPPI )











iDay

Wayang BOTOL

Wayang BOTOL 




crafts by iDay-14c15


AKUNDAstudio

© 2014

Blogger | WP crafts

SocioNet | Fb | Tweet

iDay


*


... barang bekas minuman suplemen itu bergerak-gerak sendiri. Satu mencuat ke permukaan timbunan sampah, lainnya mengusik kaki Pak Darno yang sedang mengais-ngais rongsokan besi. Sontak, dia pun mengangkat sebelah kakinya.

http://wayangbotol.blogspot.com/2014/03/wayangbotol-lair.html
Ijinken paduka dilairken, Ratu ... - WayangBOTOL 14c21



Botol hijau kini berdiri agak tegak. Dari gembung tubuhnya perlahan-lahan keluar bakal tangan, kanan ... kiri. Sementara itu, botol merah sudah menjejakkan kedua kakinya, berusaha berdiri. Namun, segera saja terjerembab setiap kali Pak Darno menendang botol aneh itu. 



*

Taman Safari II

Foto Adelita Hawa


Refreshing Keluarga Karyawan IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya di Taman Safari II
, Minggu, 2 Maret 2014.