*
Hari Pahlawan 10 November 2013
Kami para generasi penerus bangsa NKRI sangat membutuhkan pelaksanaan sepenuhnya Sistim Pendidikan Nasional khususnya Program Wajib Belajar 9 Tahun. Esensi pendidikan yang menjadi hak dan kewajiban para anak-anak bangsa (baca: calon pemimpin di masa depan) yakni 100% pembinaan Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Im-Taq: Ketauhidan dan Kalam Tuhan sebagai kompas / petunjuk hidup khususnya ajaran Agama Tauhidulloh sebagai sumber awal segala ilmu) dan 100% penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Ip-Tek).
Materi kurikulum pembelajaran bagi sekolah dasar dan menengah pertama perlu disusun sepadat mungkin dengan prioritas ilmu pengetahuan alam yang dikenalkan secara alamiah (penerapan nyata keseharian) dan ilmiah. Kurikulum yang diperlukan selama proses belajar-mengajar tidaklah pantas dibebani muatan lokal yang hanya mengikuti kemauan (ambisius) kaum dewasa.
Pendidikan keluarga (oleh kepala keluarga beserta anggota) tetap menjadi keutamaan dalam proses membina dan memandirikan anak / remaja sampai mereka mencapai usia / keadaan mental / jiwa akhil-baliq. Membangun kedekatan secara emosional dan aktual antar anggota keluarga batih (ayah-ibu-anak) kelak menjadi basis kepercayaan (jatidiri) dan kemandirian (kedewasaan) setiap anak untuk pelatihan (siaga) demi berperan di kemudian hari. Lebih lanjut, peran guru dan dosen - dalam mendampingi fungsi orangtua / walimurid selama anak / remaja meniti jenjang pendidikan - sudah semestinya dipraktekkan sesuai kompentensi maksimal dan tingkat kepiawaian para pendidik.
Generasi mendatang ayo kita menyiapkan diri sebaik-baiknya, menyongsong dan membangun kemuliaan di zaman kita sendiri di negeri tercinta Indonesia. Seperti para pendahulu dan pengukir sejarah kebangkitan suatu bangsa, mereka telah membangun kemuliaan, walhasil prestasi mereka sungguh senantiasa bermanfaat secara terus-menerus bagi kehidupan manusia di masa depan.
Tidak berlebihan bila momentum Peringatan Hari Pahlawan [10 November 1945 - 2013, dst] ini kita jadikan semangat memetik tauladan dari para guru bangsa. Saat inilah kesempatan terbaik untuk mengambil pelajaran berharga, yakni nilai dan tekad perjuangan meraih cita-cita bangsa yang besar. Keberanian, pengorbanan para pahlawan dan syuhada' sebagai dorongan (inspirasi) bagi kita mencipta jembatan kreatif antar generasi dalam upaya membangun jiwa-raga, mempertahankan kemerdekaan segenap bangsa dan negara beradab: Indonesia Raya.
Demikian saran dan pesan ayah dan bundaku di hari Minggu ini, ketika kami berbincang-bincang tentang Hari Pahlawan 10 November 1945. AF / *
**
Aneka Berita Peringatan Hari Pahlawan
Jakarta - Indonesia
Minggu, 10 November 2013 - 10:24 WIB
Presiden: Semoga Kelak Terus Tumbuh Para Pahlawan Baru
Oleh : DESK INFORMASI
Menyambut Hari Pahlawan, 10 November, hari ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengajak semua lapisan masyarakat untuk meneladani dan memelihara semangat para pahlawan.
“Selamat Hari Pahlawan, semoga di Indonesia kelak terus tumbuh pahlawan baru,” kata Presiden SBY melalui akun twitternya @SBYudhoyono, yang diunggahnya beberapa saat lalu.
Meski jatuh pada hari Minggu (10/11), peringatan Hari Pahlawan Nasional kali ini secara serentak dilakukan di semua kantor pemerintah di seluruh tanah air. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin upacara Ziarah Nasional memperingatan Hari Pahlawan di Taman Makan Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta.
Upacara peringatan di TMP Kalibata ini dihadiri oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono dan Ibu Herawati Boediono , para menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, istri mantan Wakil Presiden Adam Malik, istri Adam Malik yaitu Nelly Adam Malik, dan keluarga para pahlawan revolusi Sutojo Siswomihardjo, S Parman, MT Haryono, Suprato, dan Ahmad Yani.
Tepat pukul 08.10 wib upacara dimulai dengan Presiden Yudhoyono yang bertindak selaku inspektur upacara menerima laporan komandan upacara Komandan upacara Kol Laut (P) Edwin. Lalu pada pukul 08.15 wib dibunyikan sirine selama satu menit untuk mengenang pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Seusai mengheningkan cipta dan memberikan penghormatan bagi arwah para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan, Presiden Yudhoyono meletakkan karangan bunga dengan pita bertuliskan "Persembahan Bagimu Pahlawan" di tugu pahlawan.
Upacara di Sekretariat Negara
Sementara itu Sekretaris Dewan Pertimbangan Presiden, Garibaldi Sujatmiko, memimpin upacara peringatan Hari Pahlawan Nasional di halaman Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Minggu (10/11).
Upacara dihadiri oleh ratusan pegawai negeri sipil (PNS) dari instansi pemerintah yang berkantor Istana Kepresidenan, yaitu Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, UKP4, Wantimpres, Staf Khusus Presiden, dan instansi-instansi pemerintah di sekitar Istana Negara, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana Bencana (BNPB), Kemenko Kesra, Dewan Pertahanan Nasional (Wantanas), dan Kemenko Perekonomian. (Humas Setkab/ES), www.setkab.go.id/berita-10997- 10/11/2013
**
Minggu, 10 Nopember 2013 03:17 WIB
Dicari Pahlawan di HARI PAHLAWAN?
Editor: D Irianto
SAJAK ODE PAHLAWAN
Sekadar mengingatkan,
Patungku
bukan untuk kota jadi indah
bukan sekadar simbol upacara
bukan demi pelengkap pesona
Patungku,
tidak untuk dihormati
tidak butuh dihargai
apalagi, untuk menakuti
Patungku,
sekadar mengingatkan,
Hari Pahlawan, masih ada!
Patungku adalah,
pikiran, keringat, dan darah darah yang tercecer
adalah daya hidup
demi INDONESIA RAYA.
- Jakarta, 10 November 2013
Patungku
bukan untuk kota jadi indah
bukan sekadar simbol upacara
bukan demi pelengkap pesona
Patungku,
tidak untuk dihormati
tidak butuh dihargai
apalagi, untuk menakuti
Patungku,
sekadar mengingatkan,
Hari Pahlawan, masih ada!
Patungku adalah,
pikiran, keringat, dan darah darah yang tercecer
adalah daya hidup
demi INDONESIA RAYA.
- Jakarta, 10 November 2013
Sepenggal Catatan:
HARI ini, tepat peringatan Hari Pahlawan. Kenapa Presiden RI-1 Ir. Soekarno menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan?
Keniscayaan. Bisa jadi, bukan sekadar pertimbangan tanggal 10 November 1945, terjadi tragedi bersejarah; rakyat Surabaya kompak melakukan pembangkangan terhadap ultimatum Mayor Jenderal Mansergh, petinggi Inggris yang memerintahkan rakyat melucuti senjata per Pukul 06.00 WIB pada tanggal itu.
Bung Karno, tentunya, ketika itu berpandangan lebih jauh. Ada suasana kebatinan futuristik; Agar rakyat Indonesia ke depan, punya momentum diingatkan semangat heroisme para pahlawan di seluruh Nusantara untuk menjadi bangsa merdeka. Kerinduan sebagai bangsa 3,5 abad jadi budak kolonialisme dan imperialisme negara lain. Kekayaan alamnya dikuras. Harta-harta bersejarah peninggalan kerajaan-kerajaan di Nusantara raib.
Ditetapkannya 10 November sebagai Hari Pahlawan, meski ini usulan Soemarsono, mantan pimpinan tertinggi gerakan Pemuda Republik Indonesia (PRI) menjelang tahun 1950, tentu juga bukan lantaran Soekarno tergoda Soemarsono yang ikut terlibat pertempuran hebat di Surabaya. Sebagai presiden pertama, Soekarno, tentu berniat mengajarkan kepada rakyat Indonesia tentang pentingnya memelihara dan mengembangkan naluri gotong royong, kekompakan melawan penjajahan. Menanamkan kesadaran untuk tidak gampang diobrak-arik politik de vide et impera yang menghambat kemerdekaan Indonesia sejak zaman VOC abad 16.
Tragedi 10 November 1945, tidak cuma sepenggal peristiwa. Tapi, merupakan rangkaian panjang semangat merdeka rakyat Indonesia pasca Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan RI. Pasalnya, setelah proklamasi 17 Agustus 1945, tentara Inggris (NICA) datang ke Indonesia dengan menggunakan kapal perang yang diboncengi pasukan Belanda, ingin menduduki kembali kota Surabaya. Mereka turun di pelabuhan Tanjung Perak.
Arek-arek rakyat Suroboyo dari kampung-kampung bergerak melakukan perlawanan. Rakyat dengan menggunakan senjata rampasan tentara Jepang dan senjata seadanya seperti bambu runcing, misalnya, bergerak. Terjadilah petempuran hebat di kawasan Jembatan Merah, dan Jalan Pahlawan (kini ditandai Tugu Pahlawan). Sahdan. Pertempuran memuncak. Tepatnya, 30 Oktober 1945, Brigadir Jenderal Mallaby (pimpinan tentara Inggris untuk jawa Timur) terbunuh.
Kini, sudah 63 tahun Hari Pahlawan ditetapkan. Perjalanan kemerdekaan bangsa Indonesa juga sudah berlangsung 68 tahun. Sejarah mencatat negara ini dipimpin enam Presiden; Presiden Ir Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Persiden Megawati Soekarno Putri, dan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono. Sudahkah jadi bangsa yang benar-benar merdeka? Sudahkan terbebas dari politik de vide et impera? Akankah harus didirikan lagi seribu patung pahlawan penjaga martabat dan harkat Bumi Pertiwi?
Di era perkembangan kota-kota di Indonesia yang tumbuh pasca proklamasi kemerdekaan RI, memang, sudah bertebaran patung-patung simbol kepahlawanan. Di Jakarta, contohnya, sejumlah patung pahlawan nasional dan monumen dibangun di beberapa titik strategis sebagai pengingat dari generasi ke generasi.
Seperti Tugu Monumen Nasional (Monas), misalnya. Pembangunannya dimulai 17 Agustus 1961 digagas Presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975. Tugu bermakotah lidah api yang dilapisi lembaran emas ini melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala.
Patung Selamat Datang Indonesia di Bundaran HI, Jalan MH Thamrin, Jakarta. Dibuat tahun 1962, untuk menandai sebagai bangsa yang merdeka dan siap menyambut kerja sama dengan bangsa lain. Patung ini idenya dari Presiden Soekarno bertepatan menyambut tamu-tamu kenegaraan dalam rangka Asian Games IV. Rancangan awalnya dikerjakan Henk Ngantung –warga Jakarta Tionghoa– yang saat itu Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Patung Tugu Proklamasi atau Tugu petir. Patung ini menandai proklamasi kemerdekaan RI. Berdiri di tanah lapang kompleks Taman Proklamasi di Jl. Proklamasi (sebelumnya bernama Jl. Pegangsaan Timur No. 56), Jakarta Pusat. Patung Soekarno-Hatta berukuran besar berdiri berdampingan, menggambarkan kedua proklamator ini membacakan naskah proklamasi pertama kali. Di antara patung ini terdapat naskah proklamasi dengan bentuk tulisan seperti naskah asli. Naskah ini terbuat dari lempengan batu marmer hitam.
Patung Pancoran di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, tepat di depan kompleks perkantoran Wisma Aldiron Dirgantara yang dulunya merupakan Markas Besar TNI Angkatan Udara. Idenya dari Presiden Soekarno. Patung ini menggambarkan menggambarkan semangat keberanian bangsa Indonesia untuk menjelajah angkasa
Patung “Pembebasan Irian Barat” di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Menggambarkan seseorang berhasil membebaskan belenggu (memutuskan rantai besi di tangan), dari penjajahan Belanda. Patung ini diresmikan Presiden Soekarno tahun 1963. Terbuat dari bahan perunggu seberat sekitar 8 ton. Tinggi patung dari kaki sampai ujung tangan sekitar 11 meter, sementara tinggi kaki patung dari landasan bawah adalah 20 meter.
Patung Diponegoro di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Digagas bekas Konsul General Italia di Indonesia Dr. Mario Pitta, tahun 1963. Dibuat pemahat kenamaan Italia yakni Cobertaldo. Patung berbahan perunggu ini dikerjakan setahun di Italia pada 1965. Setelah dikirim ke Jakarta, patung ini diletakkan di dalam Taman Monas jadi pintu gerbang Monumen Nasional.
Di Jalan Soedirman, Jakarta, juga ada patung Panglima Besar Jenderal Soedirman. Patung ini setinggi 12 meter (tinggi patung 6,5 meter dan penyangga 5,5 meter), terbuat dari perunggu 4 ton menghabiskan Rp3,5 miliar dan dikerjakan seniman sekaligus dosen seni rupa Institut Teknologi Bandung, Sunario. Diresmikan 16 Agustus 2003.
Ada pula Patung Tani di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Patung ini dibuat pematung kenamaan Rusia, Matvel Manizer dan Otto Manizer. Diresmikan Presiden Soekarno tahun 1963 dengan menempelkan plakat pada voetstuk berbunyi; “Bangsa yang menghargai pahlawannya adalah bangsa yang besar”.
Di Bundaran air mancur Senayan, ada “Patung Pemuda Membangun”. Patung ini bertujuan mendorong semangat membangun bagi yang berjiwa muda. Dibuat dari beton bertulang dilapisi bahan teraso. Diresmikan Maret 1972. Seluruh pendanaannya ditanggung Pertamina, pimpinan Ibnu Sutowo.
Patung Soekarno-Hatta di pintu gerbang Bandara Soekarno-Hatta. Patung Bung Karno ini tinggi 7.8 meter, Bung Hatta lebih pendek. Landasannya setinggi 4.8 meter. Total tinggi monumen sekitar 12.6 meter. Sebagai patung yang didirikan paling terakhir di antara patung-patung bernuansa kepahlawanan di Jakarta. Diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 30 Agustus 2007.
Nah, patung-patung dan monumen bernilai heroisme itu, pada Hari Pahlawan seperti hari ini masih bisakah menggetarkan ruh kepahlawanan membela negara ini dari tangan-tangan penjajahan neokolonialime dan pasar neo lainnya? @joko irianto hamid / www.lensaindonesia.com/2013
**
Pertempuran 10 November di Surabaya, adalah pertempuran pertama setelah Indonesia Merdeka, dan menjadi salah satu perang terdasyhat yang pernah terjadi di dalam Sejarah Republik Indonesia. * http://www.facebook.com/sapawargakotasurabaya
**
Jawa Timur | Surabaya | Foto
Jawa Timur | Surabaya | Foto
Tugu Pahlawan, Surabaya. Foto: img.lensaindonesia.com, 10/11/2013.
*
***
Penghargaan bagi Pahlawan
Pahlawan Nasional
Pahlawan Revolusi
Pahlawan Anumerta
Pahlawan Anumerta
Guru - Pahlawan Pendidikan
*
Daftar Bacaan
- http://www.lensaindonesia.com/2013/11/10/dicari-pahlawan-di-hari-pahlawan.html
- http://www.setkab.go.id/berita-10997-presiden-semoga-kelak-terus-tumbuh-para-pahlawan-baru.html
- http://www.kabar24.com/nasional/read/20131110/64/204259/hari-pahlawan-presiden-sby-pimpin-upacara-ziarah-nasional
- http://www.facebook.com/sapawargakotasurabaya
- http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/ziarah_kubur__panglima_TNI_03.jpg
- http://www.kabar24.com/images-data/posts/2013/11/10/204259/hari-pahlawan.jpg
- http://img.lensaindonesia.com/uploads/1/2013/11/tugu-pahlawan-pikoy-600x386.jpg
- http://img.lensaindonesia.com/thumb/125-225-1/uploads--1--2013--11--13722-10-upcr-tabur-bunga-hari-pahlawan-2-kenang-jasa-pangarmatim-di-laut.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berbagi kabar bagus. - AF